Di tengah tekanan ekonomi global dan daya beli yang menurun, pelaku usaha di Indonesia didorong untuk lebih adaptif, efisien, dan inovatif agar bisnis tetap berjalan dan bertahan.(foto/AS/timelinenewsidn)
Deli Serdang | Timelinenewsidn.com– Kondisi ekonomi global yang belum stabil turut memengaruhi perekonomian lokal, termasuk di Kabupaten Deli Serdang, Kota Medan dan di Sumatera Utara. Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menjadi sektor yang paling terdampak akibat inflasi dan menurunnya daya beli masyarakat. Selasa (15/4/2025)
Agus Syahputra, seorang penggiat UMKM lokal, menyampaikan pentingnya adaptasi dalam menghadapi masa krisis. Hal ini ia ungkapkan dalam acara bincang santai bertajuk Ngopi Bareng yang berlangsung di Jl. Veteran, Desa Manunggal, Kecamatan Labuhan Deli, Senin malam (14/4).
“Kalau kita hanya bertahan dengan cara lama, sulit untuk bisa terus berjalan. Sekarang jamannya digital, dan kita harus ikut berubah,” ujarnya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi nasional tercatat melambat hingga 1,2% di kuartal pertama 2025. Dampaknya langsung terasa pada sektor UMKM yang berkontribusi lebih dari 60% terhadap PDB nasional. Banyak pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan drastis, bahkan tak sedikit yang gulung tikar.
Namun, masih ada harapan. Nanda Rasyid, pendamping UMKM dari Yayasan Cinta Keadilan Indonesia, menyebut bahwa banyak pelaku usaha yang mampu bertahan, bahkan tumbuh di tengah krisis. Kuncinya: inovasi, efisiensi, dan pemanfaatan teknologi.
“Pelanggan berubah, perilaku mereka juga berubah. Jadi pelaku usaha harus cepat beradaptasi. Yang bisa fleksibel, dia yang bertahan,” jelas Nanda.
Beberapa strategi yang kini diterapkan oleh UMKM di Medan dan sekitarnya antara lain:
* Beralih ke pemasaran digital dan platform e-commerce,
* Menyediakan varian produk yang lebih ekonomis dan sesuai kebutuhan saat ini,
* Merampingkan biaya operasional,Serta memperkuat hubungan dengan pelanggan tetap.
Pemerintah daerah juga mengambil peran. Melalui Dinas Koperasi dan UMKM, kini telah dibuka klinik bisnis untuk pelatihan kewirausahaan dan akses permodalan bagi usaha yang terdampak.
“Ini bukan akhir, tapi justru titik awal untuk bergerak lebih cerdas,” tambah Nanda.
Di tengah tantangan yang ada, kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan komunitas menjadi harapan besar agar ekonomi lokal tetap berdenyut dan lapangan kerja bisa terus dipertahankan.(AS)