Oleh: Agus Syahputra, S.Hi
(Penulis adalah pebisnis muda dan pemerhati ekonomi kreatif, aktif mengembangkan usaha berbasis digital dan pemberdayaan masyarakat melalui yayasan sosial di Medan).(Foto : Timelinenewsidn/AS/dokpri)
Medan | Timelinenewsidn.com–Dalam lanskap bisnis modern yang serba cepat dan kompetitif, muncul generasi baru pemimpin muda yang berani, visioner, dan inovatif. Salah satunya adalah Agus Syahputra, 35 tahun, pebisnis muda yang memulai kiprah usahanya dari sebuah garasi sederhana di kota Medan. Dalam kurun waktu lima tahun, ia berhasil membangun jaringan bisni serta yayasan sosial yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal dan pengembangan literasi digital.
Namun, kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian finansial. Tantangan sejati dalam kepemimpinan justru terletak pada bagaimana seorang pemimpin membangun hubungan yang sehat dan produktif dengan timnya. Agus sempat mengalami fase di mana gaya kepemimpinannya terlalu dominan. Lingkungan kerja menjadi penuh tekanan. Karyawan patuh bukan karena loyalitas, tetapi karena rasa takut.
Fenomena ini umum terjadi pada pemimpin muda yang mengandalkan kontrol ketat sebagai bentuk kekuatan. Padahal, dalam dunia bisnis modern, pendekatan semacam ini sudah mulai ditinggalkan. Kekuatan sejati bukanlah tentang menciptakan ketakutan, melainkan membangun kepercayaan dan rasa hormat yang berkelanjutan.
Agus kemudian melakukan refleksi mendalam. Ia mulai mengubah pendekatan manajerialnya. Budaya kerja yang awalnya kaku diubah menjadi lebih kolaboratif dan terbuka. Setiap individu diberi ruang untuk berkembang, menyampaikan ide, dan menjadi bagian aktif dari pertumbuhan perusahaan. Hasilnya, produktivitas meningkat, dan loyalitas karyawan pun menguat.
Kisah Agus mencerminkan pergeseran paradigma dalam kepemimpinan bisnis dari model otoriter menuju model transformatif. Kita juga bisa melihat contoh dari tokoh nasional seperti Gibran Rakabuming Raka, yang berani mengambil langkah dari dunia kuliner ke panggung politik. Gibran hadir sebagai pemimpin muda yang mengedepankan inovasi, partisipasi, dan komunikasi terbuka.
Saat ini, dunia bisnis tidak lagi menuntut pemimpin yang ditakuti, tetapi mereka yang mampu menjadi role model dan sumber inspirasi. Generasi milenial dan Gen Z yang mendominasi pasar kerja menginginkan pemimpin yang memberdayakan, bukan menekan. Mereka ingin tumbuh bersama, bukan sekadar menjadi alat produksi.
Kepemimpinan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan yang disegani—dibangun dengan karakter, visi, dan empati. Inilah kekuatan sejati yang akan membawa bisnis bertahan dan berkembang di tengah tantangan zaman yang terus berubah.**