Oleh: Redaksi TimelinNewsIDN
Medan | Timelinnewsidn.com-Saat ruang redaksi lain mulai sepi dan ruang breaking news beristirahat, tim field reporter TimelinNewsIDN justru memulai shift investigatif mereka. Tiga jurnalis lapangan Agus Syahputra, Edi Syahputra, dan Lili Suheli menggelar midnight coverage eksklusif dari jantung Kota Medan: Kesawan Square.
Pukul menunjukkan 03.30 WIB. Di bawah temaram lampu jalan dan aroma kopi dari pedagang kaki lima, mereka melangsungkan on-the-spot report, menggali narasi dari balik malam yang sunyi. Jumat (8/5/2025)
“Jurnalisme tidak selalu tentang headline dan konpers siang hari. Kami turun langsung, ground reporting, menyisir setiap sudut kota mencari ‘story behind the scene’,” ujar Agus yang dikenal sebagai watchdog isu sosial perkotaan.

Lili, sang photojournalist, membidik momen-momen minor yang penuh makna tangan keriput penjual kopi, ekspresi lelah ojek daring, hingga bayangan gedung tua Kesawan yang disinari remang. Baginya, setiap bidikan adalah visual storytelling.
“Kami tak hanya cari hard news, tapi juga memburu human interest kisah-kisah kecil yang menyentuh,” ucap Lili sambil memeriksa hasil frame-nya.
Sementara itu, Edi mencatat cepat di field notes-nya. Ia tengah mempersiapkan feature piece untuk segmen “Kota yang Terjaga”, rubrik baru yang mereka rintis. Tak hanya soal data, tapi bagaimana mengemas emosi dalam narrative journalism.
“Liputan malam ini ibarat menyisir relung kota yang tak terlihat saat prime time. Inilah jurnalisme sunyi depth journalism yang butuh kepekaan,” katanya.
Saat adzan Subuh berkumandang, tim merapikan perlengkapan. Bukan akhir, tapi jeda sebelum melanjutkan editing room marathon di pagi hari. Dunia mereka tidak kenal jam kerja tetap hanya panggilan nurani dan deadline yang tak pernah kompromi.
Inilah wajah lain jurnalisme, bukan hanya mengejar eksklusif, tapi menangkap denyut manusia yang hidup di sela waktu. Sebab kadang, berita terbaik lahir dari keheningan malam dan hingar binggar kota.(AS/ES)