Medan | Timelinenewsidn.com-Setiap tanggal 16 Mei menjadi momen bersejarah yang tak hanya menandai hari besar bagi para pendidik, tetapi juga sebuah pengingat akan peran vital mereka dalam membentuk masa depan bangsa. Guru dan dosen bukan sekadar profesi. Mereka adalah penjaga lilin peradaban yang terus menyala, bahkan ketika diterpa badai zaman. Mereka adalah pelita di tengah gelapnya kebodohan, penunjuk arah di tengah kebingungan generasi muda, dan penabur benih-benih harapan di tanah masa depan.
Tak berlebihan jika Hari Guru disebut sebagai perayaan bagi para pahlawan sejati—mereka yang tak menghunus senjata, namun mampu menaklukkan dunia dengan ilmu dan kasih sayang.
Sosok seperti Dr. Indri Dayana, M.Si. adalah contoh nyata bagaimana dedikasi dan cinta terhadap dunia pendidikan dapat mengubah hidup banyak orang. Memulai langkah dari ruang kelas di sebuah yayasan swasta, ia tak pernah lelah mengajar, membimbing, dan menanamkan nilai-nilai luhur kepada siswa-siswinya. Kini, ia mengabdikan ilmunya sebagai dosen di dua kampus ternama di Sumatera Utara—Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Medan Area (UMA).
Pengalaman panjangnya sebagai guru telah mengantarkannya menyaksikan sendiri keberhasilan anak didik yang kini mengukir prestasi di tingkat nasional hingga internasional.
“Saya merasa bangga bisa membimbing mahasiswa dalam program penelitian, riset, dan penulisan buku. Dunia pendidikan adalah panggilan jiwa. Di sinilah saya merasa hidup dan berarti,” ungkap Dr. Indri, matanya berbinar penuh semangat.
Tak kalah inspiratif adalah Prof. Dr. M. Idris, M.P., dosen senior Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) dan juga Kepala Pusat Penelitian dan Layanan Pascasarjana (PPL & PDGs). Di balik sosok yang tenang dan bijak, tersimpan kiprah panjang membangun dunia akademik di Sumut. Ia telah melahirkan banyak lulusan yang kini sukses di berbagai instansi pemerintah maupun swasta.
Baginya, mendidik bukan hanya tentang mentransfer ilmu, melainkan membentuk karakter dan menumbuhkan jiwa kepemimpinan generasi muda.
“Hari Guru adalah refleksi bahwa mendidik itu bukan pekerjaan biasa. Ini adalah ibadah yang panjang. Kita membangun manusia, dan dari manusia yang terdidik itulah lahir peradaban yang kuat,” katanya.
Dalam rangka memperingati Hari Guru, Lili Suheli, ST., Ketua Yayasan Cinta Keadilan Indonesia, menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh tenaga pendidik di tanah air.
“Kami menyampaikan terima kasih atas segala dedikasi, ketulusan, dan semangat juang para guru serta dosen dalam mencetak generasi bangsa yang bermartabat. Tanpa mereka, negeri ini tak akan berdiri tegak seperti sekarang. Selamat Hari Guru. Semoga semangat mencerdaskan kehidupan bangsa terus menyala di dada setiap pendidik Indonesia,” ucapnya dengan penuh haru.
Hari Guru bukan sekadar tanggal di kalender. Ia adalah simbol penghormatan atas pengorbanan, cinta, dan kerja keras para pendidik yang tak pernah lelah menyalakan api ilmu di tengah gelapnya zaman. Semoga semangat ini terus hidup di setiap ruang kelas, di setiap buku yang terbuka, dan di setiap hati yang pernah disentuh oleh seorang guru.(AS)