Netti Herawati Jurnalis Indonesia. (Timelinenewsidn/Ist/dokpri)
Bali | Timelinenewsidn.com,–Pernyataan tegas dan penuh keprihatinan datang dari jurnalis senior Netti Herawati dalam sebuah forum diskusi kebebasan pers yang digelar di Bali. Dalam momen yang menyentuh hati itu, Netti menyampaikan kritik tajam kepada insan pers Indonesia yang dinilainya kurang peka terhadap tragedi kemanusiaan yang menimpa rakyat Gaza, Palestina. Minggu (15/6/2025)
“Saya malu sebagai jurnalis Indonesia. Kita begitu cepat menyoroti gosip selebriti, politik dalam negeri, bahkan berita remeh. Tapi kita diam saat anak-anak Palestina gugur, saat Gaza hancur. Mana tulisanmu?” ungkap Netti dengan suara bergetar di hadapan peserta forum.
Pernyataan Netti sontak mengundang perhatian banyak peserta yang hadir, termasuk kalangan redaksi, aktivis media, mahasiswa komunikasi, dan perwakilan organisasi pers. Banyak yang mengangguk setuju, bahkan beberapa terlihat menundukkan kepala, seperti tersentak oleh pertanyaan yang menggugah hati itu: Mana tulisanmu?
Gaza Krisis Kemanusiaan yang Kian Memburuk
Sejak bertahun-tahun, wilayah Gaza terus menghadapi blokade, serangan militer, dan kekurangan kebutuhan dasar seperti listrik, air bersih, dan obat-obatan. Anak-anak kehilangan tempat tinggal, pendidikan terganggu, dan ribuan warga sipil menjadi korban. Namun, pemberitaan dari media Indonesia tentang kondisi Gaza sering kali terbatas, bahkan nyaris tidak terdengar, kecuali saat serangan besar terjadi.
Padahal, menurut Netti, jurnalis memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk memperluas cakrawala pemberitaan, bukan hanya membatasi diri pada isu-isu lokal dan sensasional.
Peran Strategis Pers dalam Isu Gaza
Netti menekankan bahwa pers memiliki posisi strategis dalam membentuk opini publik dan menggugah empati masyarakat terhadap penderitaan yang terjadi di belahan dunia lain, termasuk Palestina. Menurutnya, setidaknya ada empat peran penting yang seharusnya diemban pers terkait Gaza:
1. Menyuarakan Suara Warga Gaza
Media menjadi saluran utama untuk menyampaikan penderitaan, harapan, dan realitas hidup warga Gaza kepada dunia luar.
2. Meningkatkan Kesadaran Internasional
Pemberitaan yang konsisten dan bermakna dapat meningkatkan tekanan global kepada pihak-pihak yang berperan dalam konflik, sekaligus mendorong bantuan kemanusiaan.
3. Mengawasi Kekuasaan dan Kepentingan Global Jurnalis dapat menginvestigasi dan mengungkap ketidakadilan, manipulasi informasi, dan pelanggaran HAM yang terjadi di kawasan tersebut.
4. Menyediakan Informasi yang Akurat dan Berimbang
Di tengah propaganda dan informasi simpang siur, media berperan memastikan publik memperoleh berita yang berdasarkan fakta dan sumber terpercaya.
Seruan Moral,”Mana Tulisanmu?”
Pernyataan “Mana tulisanmu?” bukan sekadar sindiran, tetapi ajakan reflektif bagi para jurnalis, redaktur, pemilik media, dan content creator agar lebih membuka mata terhadap isu-isu global yang menyangkut nilai kemanusiaan. Netti meyakini bahwa solidaritas jurnalis Indonesia terhadap Gaza dapat dimulai dengan langkah paling sederhana: menulis dan menyuarakan.
Ia juga mengajak organisasi jurnalis, lembaga pers, dan komunitas penulis untuk membuat gerakan solidaritas konkret melalui reportase, opini, diskusi publik, hingga aksi penggalangan dana dan kampanye digital.
“Jika kita tidak menulis untuk Gaza, siapa lagi? Jika kita hanya diam, maka kita bukan lagi jurnalis kita hanya pencatat zaman yang bisu.”
Jurnalisme Kemanusiaan Adalah Jalan Lurus Profesi. Netti Herawati menutup pernyataannya dengan harapan bahwa kesadaran ini tidak hanya menjadi tren sesaat, tetapi menjadi pijakan baru bagi pers Indonesia: kembali kepada jurnalisme kemanusiaan yang berani, peduli, dan bermartabat.**