Foto :Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Rohil, Datuk Juprizan pelantikan Bupati H. Bistamam dan Wakil Bupati Jonny Charles, Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Rokan Hilir. (TimelineNewsIDN/Ist)
ROKAN HILIR | TIMELINENEWSIDN.com,—Di tengah dinamika politik pasca pelantikan Bupati H. Bistamam dan Wakil Bupati Jonny Charles, Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Rokan Hilir menegaskan perannya sebagai penjaga nilai, penyeimbang sosial, dan pengayom masyarakat. LAMR mengajak seluruh elemen daerah menjaga harmoni dan memperkuat ketahanan budaya Melayu di tengah derasnya arus perubahan. Kamis (31/07)
Ketua Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR Rohil, Datuk Juprizan, menyampaikan seruan moral kepada generasi muda, mahasiswa, dan organisasi kemasyarakatan untuk tidak terjebak dalam narasi yang memecah belah dan menghambat konsolidasi pemerintahan.
“Kami menyerukan kepada anak negeri untuk bersatu. Biarkan Bupati dan Wakil Bupati bekerja membuktikan janji-janji pembangunan. Jangan ganggu dengan kegaduhan politik yang tak berdasar,” tegasnya, Selasa (30/7).
LAMR juga mengingatkan pentingnya menjaga ruang publik dari informasi simpang siur, tuduhan sepihak, dan opini tanpa dasar hukum. Kritik, menurutnya, adalah bagian dari demokrasi, namun harus disampaikan secara etis dan melalui jalur yang sah.
“Kami tidak anti proses hukum. Jika ada dugaan pelanggaran, sampaikan lewat mekanisme resmi dengan bukti yang jelas. Jangan sebarkan opini liar yang justru memperkeruh suasana,” tambahnya.
Sikap ini sejalan dengan ajakan Kesbangpol Rokan Hilir, yang menekankan pentingnya menciptakan iklim politik yang damai agar pembangunan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan.
Bagi LAMR, stabilitas bukan hanya isu politik, tetapi fondasi utama bagi keberlanjutan budaya dan identitas Melayu. Menurut Datuk Juprizan, ketahanan budaya hanya tumbuh dalam ruang yang damai, bukan dalam konflik dan kecurigaan.
LAMR juga menyesalkan meningkatnya tensi sosial di media dan media sosial yang cenderung saling serang. Datuk Juprizan mengingatkan agar semua pihak menjaga marwah kampung halaman.
“Kampung kita bukan medan perang. Jangan saling menjatuhkan, mari kita bangun bersama. Persatuan adalah kunci,” katanya.
LAMR menyatakan kesiapannya menjadi fasilitator netral untuk siapa pun yang ingin menyampaikan aspirasi atau menyelesaikan perbedaan secara konstruktif.
“Mari duduk semeja. Jangan jadikan media sebagai arena konflik. LAMR siap jadi ruang damai untuk dialog dan solusi,” ujarnya.
Sebagai penjaga warisan budaya sekaligus penentu arah masa depan, LAMR menegaskan bahwa kekuatan Rokan Hilir terletak pada kesadaran kolektif masyarakat untuk bersatu dalam nilai-nilai kearifan lokal.
Di tengah pusaran sosial-politik, suara LAMR menjadi pengingat: bahwa membangun daerah butuh stabilitas, bahwa kritik harus beretika, dan bahwa budaya adalah jangkar pemersatu.(Sumali)
.