Oleh : Agus Syahputra
(Pengusaha Konter Oultet Pulsa)
Medan | Timelinenewsidn.com-Kasus hukum yang menyeret beberapa petinggi Telkomsel beberapa tahun lalu jelas menjadi pukulan serius bagi reputasi perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia ini. Meskipun tidak serta merta membuat Telkomsel bangkrut atau kolaps secara operasional, efek domino dari krisis kepercayaan mulai terasa di kalangan konsumen. Sabtu malam (31/5/2025)
Publik yang dulu memandang Telkomsel sebagai penyedia layanan paling stabil dan terpercaya, kini mulai bertanya-tanya, mengapa pilihan paket data yang tersedia terkesan monoton dan stagnan? Banyak pelanggan mengeluhkan kurangnya variasi paket atau harga yang tidak kompetitif dibanding kompetitor. Munculnya anggapan bahwa “hanya ada paket 3GB” bisa jadi merupakan simbol dari frustrasi konsumen terhadap pelayanan yang tidak sepadan dengan harga.
Secara bisnis, Telkomsel memang belum tumbang. Bahkan, dengan sokongan kuat dari induk usaha BUMN, perusahaan ini masih mencetak laba dan tetap menjadi tulang punggung komunikasi digital di berbagai pelosok negeri. Tapi justru di sinilah letak tantangannya: dengan segala keunggulan infrastruktur dan dukungan pemerintah, publik menuntut lebih dari sekadar “sekadar ada.”
Inovasi produk, transparansi dalam pengelolaan, serta kepedulian terhadap kebutuhan konsumen harus kembali menjadi prioritas. Jika tidak, lambat laun pelanggan akan melirik ke penyedia lain yang menawarkan lebih banyak pilihan, harga lebih masuk akal, dan layanan yang lebih responsif.
Kasus hukum bisa dilupakan, tapi kehilangan kepercayaan publik adalah jalan menuju penurunan yang nyata. Telkomsel belum bangkrut secara finansial, tapi sedang diuji secara moral dan strategis. Dan jika ujian ini gagal direspons dengan cepat, maka jalan menuju kehancuran bukan tidak mungkin terjadi, bukan karena uang, tapi karena ditinggalkan pelanggan setianya.*