Wakil Ketua MPR RI, Dr. Eddy Soeparno, S.H., M.H., Bangun Kesadaran Energi Hijau lewat Pendekatan Ilmiah dan Spiritual

Prime, Eduksi

banner 120x600
Wakil Ketua MPR RI, Dr. Eddy Soeparno, S.H., M.H., dan Program. Dr. Ir. M. Idris, S. P Kepala pusat studi PPL & PSDGs UNSU berfoto bersama saat mengisi kegiatan di UIN Sumatera Utara. (Timelinenewsidn/Ist/Hum)

Medan | Timelinenewsidn.com,– Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Medan menjadi pusat perhatian pada Selasa, 17 Juni 2025, saat menjadi tuan rumah program “MPR RI Goes to Campus” yang diadakan di Aula Gedung Biro Rektor Kampus IV, Tuntungan. Acara ini menghadirkan Wakil Ketua MPR RI, Dr. Eddy Soeparno, S.H., M.H., sebagai pembicara utama dalam kuliah umum bertajuk “Transisi Energi Nasional Menuju Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan”. Rabu (18/6/2025)

Kedatangan Eddy Soeparno disambut hangat oleh Rektor UINSU, Prof. Dr. Nurhayati, M.Ag., beserta jajaran pimpinan kampus. Dalam sambutannya, Rektor menegaskan komitmen UINSU sebagai mitra strategis dalam pembangunan berkelanjutan berbasis spiritualitas dan ekologi. “Memberikan yang terbaik untuk lingkungan adalah bagian dari ibadah,” ungkapnya.

Turut hadir dalam acara tersebut para wakil rektor, dekan dan wakil dekan dari seluruh fakultas, ketua lembaga, dosen, dan mahasiswa. Suasana acara semakin khidmat dengan kehadiran Sultan Deli ke-14, Tuanku Mahmud Aria Lamantjiji Perkasa Alam Shah, sebagai tamu kehormatan.

Transisi Energi untuk Masa Depan Berkelanjutan. Dalam kuliah umumnya, Dr. Eddy Soeparno menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% seperti yang diusung pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurutnya, pertumbuhan tersebut tidak mungkin tercapai tanpa kesiapan sektor energi nasional.

“Hari ini, lebih dari 60% listrik kita masih bergantung pada batubara, sementara bauran energi terbarukan baru menyentuh angka 14,5%, masih jauh dari target 23% di tahun 2025,” ujarnya.

Ia juga menyinggung ketergantungan Indonesia pada impor BBM dan LPG yang membebani anggaran negara dan memperburuk emisi karbon. Karena itu, Eddy menegaskan bahwa transisi energi bukan pilihan, tapi kewajiban.

Ia pun mengajukan beberapa solusi strategis seperti, Pengesahan RUU Energi Baru dan Terbarukan (EBET),Elektrifikasi sektor transportasi dan rumah tangga,Penghentian bertahap PLTU berbasis batubara,Penerapan pajak karbon untuk menginternalisasi biaya lingkungan.

Di akhir materinya, Eddy mengajak kalangan kampus untuk berperan aktif dalam riset, inovasi, dan advokasi kebijakan berbasis data, dengan menyebut kampus sebagai “rumah kolaborasi yang memiliki kekuatan moral dan intelektual.”

Spiritualitas Ekologis dalam Perspektif Tasawuf. Materi kedua disampaikan oleh Prof. Dr. Muzakkir, M.Ag., Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Pengembangan Lembaga UINSU. Ia membawakan tema “Kearifan Pengelolaan Alam Berdasarkan Perspektif Tasawuf”, dengan pendekatan yang mendalam secara spiritual.

Menurutnya, dalam tradisi tasawuf, alam bukan sekadar objek eksploitasi melainkan wujud kasih sayang Tuhan. Ia bahkan menyebut bencana alam seperti longsor, gempa, banjir, dan tsunami sebagai “peringatan ekologis” yang ia rangkum dengan istilah “LGBT” (Landslide, Gempa, Banjir, Tsunami).

“Kerusakan lingkungan adalah refleksi dari kegagalan manusia sebagai khalifah. Jika alam rusak, itu karena kita yang merusaknya,” tegasnya.

Prof. Muzakkir mengajukan empat pendekatan sufistik dalam penyelamatan alam:

1. Mahabbah, mencintai alam sebagai ciptaan Tuhan.

2. Uzlah & Tadabur, kontemplasi dan perenungan keagungan alam,

3. Zuhud, menahan diri dari kerakusan konsumtif.

4. Ma’rifat, kesadaran moral akan tanggung jawab ekologis.

Ia juga menyoroti peran UINSU dalam pengembangan kurikulum ekoteologi dan program Green Metric untuk mewujudkan kampus berwawasan lingkungan.

Diakhir Sinergi Strategis Kampus dan Negara. Acara ditutup dengan komitmen bersama untuk menjalin kerja sama yang lebih erat antara MPR RI dan UINSU. Prof. Nurhayati berharap dukungan nyata dari MPR, baik dalam bentuk pendanaan riset, pembangunan infrastruktur ramah lingkungan, maupun kolaborasi kebijakan.

Antusiasme peserta yang tinggi menjadi cerminan semangat sivitas akademika UINSU untuk menjadi bagian dari gerakan nasional menuju Indonesia Emas 2045 yang adil, hijau, dan berkelanjutan.*(Red/Hum)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *